Jumat, 19 April 2013

Sakit Ini Milik Siapa?



Termenung. Aku diam menatap daun yang siang itu gugur. Ya gugur, sama halnya dengan kita. Daun itu lemah, tak berdaya mengikuti angin yang menghempasnya. Sangat lemah, seperti kita saat ini. Namun daun yang gugur itu berbeda, ia tidak pernah memaksakan untuk selalu bersama dengan pohon. Tidak seperti kita yang terlalu memaksakan untuk selalu bersama.

Ketika berbicara dan mengenal, kita anggap sebagai pertanda. Ketika semua persamaan dan perbedaan yang ada, kita sangka sebagai suatu kebetulan. Ketika semuanya memiliki arti yang lebih, semua itu salah. Kita selalu menyebut itu dengan, cinta.

Siang dan malam ini milik kita, kurasa. Dunia ini milik kita, ku sangka. Dan lucunya, bahagia ini kusebut cinta dan aku yakin. Kemudian semua terasa berbeda. Ketika tetes air mata mengalir dan kau bilang:

“Kamu itu wanita hebat, air matamu tidak layak kau teteskan untuk seorang pecundang seperti aku.”

Lalu aku seakan percaya dengan perkataanmu. Aku hentikan air mataku. Dan dengan segala tekad, aku kembali padamu. Semua itu terus terjadi selama kita bersama. Kita menganggap kita masih punya semuanya. Lalu kembali lagi kita yakini ini dengan lugu. Sayang.

Waktu tak jua berhenti memancing kata rindu terucap. Sikapmu yang dingin membuat aku kembali menahan. Dengan ego, ku tahan sakitnya rindu. Dengan keras, ku lawan sepinya rindu. Kita ini lucu, sama-sama rindu tapi saling menunggu dan gengsi untuk mengucapkannya. Tapi apa menunggunya sampai selama ini? kenapa aku harus berpura-pura dan menganggap semua baik-baik saja? Sedangkan hati ini belum yakin, apakah rindu ini berbalas?

Kita menyebut ini cinta. Nyatanya tak pernah ada kata sayang yang terucap. Tak pernah ada peluk yang menghangatkan. Bahkan tak pernah ada komitmen yang menenangkan. Lantas masih bisakah ku yakini ini cinta?

Kemudian waktu menjawabnya, kamu berubah. Aku sadar itu. Bahkan pecundang ku kini telah berbalik menyakiti aku. Kini, aku sadar. Selama ini aku dan kamu salah. Apa yang kita punya kemarin bukanlah cinta. Aku dan kamu hanya 2 insan yang memaksakan untuk bersama.

Tak mau berlarut-larut aku sudahi sakit ini. Aku sudah muak dengan kebahagiaanmu yang justru menyakitkanku. Kini hanya ada aku dan kamu tanpa kata kita. Mungkin kamu merasa sakit. Tapi sesungguhnya aku lebih dulu dan lebih lama merasakan sakit itu. Kamu bilang kamu yang tersakiti? Lalu semua pengabaianmu terhadapku itu apa? Apa pengabaianmu itu tidak menyakitiku? Sakit ini milik siapa?

Kamis, 29 November 2012

Bahagia itu Simple



 *ehem* Assalamu’alaikum bapak bapak ibu ibu sekalian. Maaf udah lama gak posting. Meskipun yaa tau sih gak ada yang baca blog ini atau nungguin posting saya tapi ya tetep minta maaf. Minta maaf ke laba-laba dan jaring-jaringnya yang udah mengisi blog ini saking lamanya gak dibuka sama yang punya. Ya jadi, bapak dan ibu dalam pertemuan RT kali ini.. oke stop, mulai gak jelas. 

Helo eperibadeeeh! Gue balik lagi loh :3 ada yang kangen kah ? oke cukup tau pasti gak ada! Sekarang gue mau posting nih, gak peduli ada yang baca atau engga karena penulis sejati tidak memperdulikan ada yang membaca tulisannya atau tidak yang penting terus berkarya! HIDUP INDIRA! #apaini ._.

Kalian pernahkan ngerasain bahagia? Tau kan arti bahagia? Bahagia itu kalo lo punya duit. Mm, bener sih tapi itu gak jamin. Bahagia itu kalo lo punya pacar. Mungkin bener, tapi itu gak abadi. Nah terus apa dong? Menurut gue bahagia itu simple, dan inilah orang yang bikin gue bahagia :

Orangtua yang perhatian. Menurut gue orangtua adalah orang yang bener bener bahagiain kita. Dari lo baru lahir butuh ini butuh itu, yang biayain siapa? Pacar lo? Temen arisan lo? Bukan kan? Orangtua memang orang yang bener bener bisa bahagiain kita baik secara lahir maupun batin. 

Saudara yang unyu. Mungkin bagi yang punya saudara bakal kerasa betapa beruntungnya kita tidak dilahirkan seorang diri oleh ibu kita. Ya sebenernya meskipun keliatannya ribut mulu. Sebenernya rasa sayang ke saudara itu ada tanpa disadari. 

Temen. Jangan salah, temen itu salah satu makhluk yang membuat kita bahagia loh. Temen yang bisa dengerin curhatan lo, bisa nampung uneg-uneg lo, dan bahkan bisa nalangin lo waktu dompet lo ketinggalan entah itu disengaja ataupun engga atau mungkin lagi sakit terus ada yang ngirim parsel gratis. #MentalGratisan Muehehe... Kurang seneng apa? Dan kalo lo gak punya temen seperti itu, ya minimal lo punya temen yang bisa nganterin lo jajan ke kantin juga udah bikin lo agak bahagia kok. Atau mungkin selain teman sebaya ada juga adik kelas dan kakak kelas. Adik kelas yang selalu say “hello” dan ramah ataupun kakak kelas yang selalu memperhatikan dan membimbing kita dalam kegiatan sekolah juga suatu anugerah tersendiri menurut gue. 

Gebetan Someone. Nggg kalo yang ini gue gak bisa ngasih statusnya, terserah someone ini mau lo artikan apa. Intinya orang yang selalu dekat dengan kehidupan kita, selalu memperhatikan kita, dan selalu mengingatkan kita. Kita belum makan, di ingetin buat makan. Kita belum ibadah ada yang nasihatin kita. Kita mau tidur ada yang ngucapin gd nite. Kita lagi badmood ada yang bilang kangen #okesip #skip --

Actually, masih banyak orang yang bikin gue bahagia. Tapi kalo dalem posting ini gue tulis semua kayanya sampe Zayn Malik jemput gue gak bakal selesai ni posting. Intinya bahagia itu simpel, untuk bahagi kita hanya butuh secangkir kesabaran dan seikat rasa bersyukur. Dan buat semua orang yang bikin hidup gue kerasa bahagia, dan kalo kata Mbak Agnes itu Live is Never Flat, Makasih ya ! ({}):D see you ~

Rabu, 01 Agustus 2012

Maaf yang Tertunda


Aku masih disini
Berdiri dihadapanmu
Dengan semua kesalahanku
Kuberanikan tuk tatap wajahmu

Kosong
Tak satupun hal yang terlintas di benakku
Begitu juga denganmu
Tak kulihat sedikitpun maaf untukku

Terasa gelap
Ya, gelap dan pekat
Tak kulihat sedikitpun cahaya itu
Cahaya dari senyum maafmu itu

Mungkin inilah salahku
Aku terlalu lama memahami
Terlalu lama mengerti
Setiap detik yang kau berikan untukku

Maaf
Tak yakin kudapatkan itu darimu
Tak juga ku memaksa untuk dapatkannya
Ku hanya ingin mengatakannya

Kini, dengan segala kebodohanku
Aku meminta maaf
Kepadamu yang telah kusakiti, kusampaikan
maaf yang pernah tertunda ini

Selasa, 31 Juli 2012

Jangan Biasakan Curi Budaya Kita!


Gambar asli disini

Indonesia negara yang kaya akan budaya. Khususnya budaya di bidang kesenian. Tari, lagu, bahasa, dan masih banyak lagi. Contohnya aja di kota gue, Kota Tegal. Yap, Kota Tegal emang terkenal dengan dialognya yang disebut “ngapak”. Terus gue malu gak kalo ketemu temen-temen dari daerah lain? Minder gak? Oke, gue jawab. Gak sama sekali. Emang gue bukan asli orang Tegal. Tapi setiap gue ada acara ke luar kota gue selalu bawa nama kota bahari ini. Dan memang terkadang anak dari daerah lain tanya gini “Eh, kalo di tegal itu ngapak kan ya? Kok lo engga sih?”. Gue suka malu sebenernya. Masa iya sih gue yang tinggal di kota ini gak bisa bahasa di lingkungan gue sendiri.
Terkadang kita yang belum tau kebudayaan lokal akan menganggap remeh kebudayaan kita sendiri. By the way, ini juga yang mendasari banyaknya berita tentang pengklaiman budaya Indonesia oleh negara tetangga ya guys. Contohnya aja yang kemarin sempat heboh yaitu pencurian Tari Tor-Tor. Tapi sebenernya gue juga punya kisah real tentang pencurian budaya ini. Oke singkat aja yee :

Beberapa bulan yang lalu, gue mengikuti program sekolah RSBI yaitu Sister School. Program ini layaknya edutainment ke luar negeri. Setelah mengikuti testnya, alhamdulillah gue lolos. Gak lama akhirnya berangkat juga kita ke 2 negara tetangga. Setelah kita sampai di negeri jiran, kita pun menyempatkan untuk singgah di sentra oleh-oleh. Dan disitu gue menemukan hal yang janggal. Di tempat sentra oleh-oleh yang harusnya dipenuhi dengan kerajinan atau kebudayaan khas negara jiran, malah diisi dengan batik! Sebenarnya gak cuma batik yang gue temuin disana, ada juga oleh-oleh berupa keris, dan barang kerajinan lain yang notabene punya Indonesia
.
Dan bisa kita lihat dari sepenggal cerita pengalaman gue diatas. Sebenarnya apa sih manfaatnya curi budaya? Gak malukah kalian jadi maling budaya kita? Please, jangan curi budaya kita! Stop curi budaya! This is our culture! Don’t steal it!